Tampilkan postingan dengan label Ciputra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ciputra. Tampilkan semua postingan
Jumat, 14 Mei 2010
Selasa, 26 Agustus 2008
PENGHARGAAN INDONESIA 'S MOST ADMIRED COMPANIES (IMAC) 2008 DAN THE MOST SUISTAINABLE CORPORATE IMAGE 2008-2009
PT CIPUTRA DEVELOPMENT TBK MERAIH PENGHARGAAN INDONESIA 'S MOST ADMIRED COMPANIES (IMAC) 2008 DAN THE MOST SUISTAINABLE CORPORATE IMAGE 2008-2009
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) kembali meraih penghargaan IMAC tahun 2008 sebagai perusahaan yang paling dikagumi di Indonesia untuk kategori Pengembang Properti, setelah meraih penghargaan yang sama pada tahun 2007 yang lalu. Acara penghargaan ini diselenggarakan oleh Frontier Consulting Group dan BusinessWeek Indonesia di Hotel Ritz Carlton pada tanggal 12 Juni 2008.
IMAC merupakan penghargaan yang diberikan kepada perusahaan dengan citra terbaik dan paling dikagumi dibidangnya masing-masing. Penghargaan ini diberikan berdasarkan survei independen yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group. Survei IMAC tahun ini melibatkan 1.550 responden dari kalangan manajemen, investor, jurnalis dan publik. Sementara itu, lingkup penilaian meliputi 4 aspek, yaitu kualitas, kinerja, tanggungjawab dan daya tarik dari perusahaan. Selain CTRA, penghargaan IMAC tahun 2008 juga diberikan kepada 36 perusahaan lainnya yang paling dikagumi dibidangnya masing-masing.
Menurut BusinessWeek, publik masih melihat CTRA sebagai yang paling layak dikagumi dan dipercaya. CTRA bukan sekedar pelopor industri properti di tanah air, tetapi juga mampu menunjukkan tanggungjawab besar dengan sungguh-sungguh menyelesaikan seluruh kewajiban pasca krisis ekonomi. Kemenangan ini menunjukkan bahwa reputasi yang dibangun secara konsisten akan mampu menopang kinerja perusahaan dalam waktu lama.
Lebih dari itu pada kesempatan tersebut CTRA juga terpilih sebagai salah satu dari tiga perusahaan dengan kategori "The Company With The Most Sustainable Corporate Image" untuk periode 2008 - 2009. Penghargaan paling bergengsi ini hanya diberikan kepada perusahaan peraih IMAC yang dinilai mempunyai strategi pengembangan corporate image yang berkesinambungan dan mempunyai daya tahan jangka panjang. Dewan juri berasal dari kalangan akademik, praktisi, konsultan dan jurnalis, yang menilai strategi jangka panjang pengembangan corporate image yang terkait dengan kualitas (quality), kinerja (performance), tanggung jawab sosial (CSR) dan daya tarik (attractiveness) dan CTRA menjadi salah satu dari 3 perusahaan yang berhak menyandang gelar The Most Sustainable Corporate Image untuk 2 tahun periode 2008 - 2009.
Sabtu, 23 Agustus 2008
Dr. Ir. Ciputra, Entrepreneur of The Year (EOY) 2007 versi Ernst & Young
Perangi Kemelaratan, Cetak Wirausahawan
Anugerah bergengsi Ernst & Young Entrepreneur of The Year kini sudah memasuki tahun ketujuh. Tahun ini, penghargaan prestisius itu jatuh ke raja properti Dr. Ir Ciputra. Penghargaan yang sama pernah diterima Chairman/CEO Jawa Pos Group Dahlan Iskan pada 2001.
Sang Developer itu menerima penghargaan EOY di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (28/11) malam. Setelah menyisihkan 13 nominasi, Ciputra berhak mewakili Indonesia pada ajang World Entrepreneur of The Year di Monte Carlo pada 2008. Dia bakal bersaing bersama 49 wirausahawan terpilih dari seluruh dunia. Selama tujuh tahun penyelenggaraan, berarti ada tujuh entrepreneur dari berbagai sektor bisnis menyabet penghargaan berskala international itu.
Setelah Dahlan Iskan, tahun berikutnya diraih oleh BRA Mooryati Soedibyo (PT Mustika Ratu Tbk), Djoenaedi Joesoef (PT Konimex), dan Sudhamek AWS (Garudafood). Kemudian pada 2005 penghargaan diraih Jakob Oetama dari Kelompok Kompas Gramedia dan tahun lalu Jacobus Busono (Pura Group).
"Ernst & Young Indonesia telah menyelenggarakan program itu selama tujuh tahun. Tahun ini, kami memilih 14 dari 100 nominator dari seluruh Indonesia. Setiap finalis memiliki cerita sukses yang luar biasa, yang sudah sepatutnya menjadi contoh dan inspirasi bagi entrepreneur lainnya di Indonesia," ujar CEO Ernst & Young Indonesia Giuseppe Nicolosi.
Berdasar catatan Ernst & Young Indonesia, ke-14 finalis memberikan sumbangan lapangan kerja bagi 32.000 pekerja dengan total aset Rp 35 triliun. Usaha para finalis yang berasal dari berbagai lapangan usaha, seperti industri, ritel, manufaktur, properti, hingga pendidikan, mereka berhasil menghasilkan penjualan Rp 22 triliun per tahunnya. "Kriteria penjurian mencakup semangat wirausaha, kinerja keuangan perusahaan, strategi bisnis, dampak global, inovasi, dan integritas," katanya.
Selain Ciputra, ada beberapa kategori penghargaan dalam even tahunan tersebut. Antara lain Young Entrepreneur of The Year 2007 disabet Sheila Maria Tiwan (PT Carsurin) dan Services Entrepreneur of the Year 2007 dimenangkan Budyanto Totong (PT Catur Sentosa Adiprana).
Ciputra merupakan pengusaha yang berada di belakang pendirian tiga group bisnis properti terkemuka di tanah air. Yakni Grup Jaya, Grup Metropolitan, dan Grup Ciputra. Salah satu proyeknya yang terkenal adalah Ancol. Pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, pada 1931 itu juga terlibat dalam 20 pengembangan skala kota, 10 pusat belanja, 10 hotel bintang, dan lima padang golf. Saat ini, Ciputra mengembangkan Universitas Ciputra yang mengajarkan kewirausahaan sejak dini kepada mahasiswa. Sebab, dia prihatin Indonesia yang punya kekayaan alam, tetapi rakyatnya miskin.
Ciputra mengatakan, penghargaan itu semakin melecut semangatnya untuk melahirkan lebih banyak wirausaha baru melalui sekolah dan perguruan yang telah dibangunnya. "Sudah ada 50 ribu sarjana S1 yang diwisuda melalui perguruan tinggi kami dan 30 ribu lagi dalam pendidikan. Penghargaan itu sejalan dengan misi saya untuk mengembangkan semangat wirausaha di kalangan bangsa sendiri," katanya. (Andreswari W.)
Indo Pos. Jumat, 30 Nov 2007.
Semangat "Entrepreneurship" Ciputra
Tidak ada istilah usia lanjut atau tua bagi Ir Ciputra untuk tetap bekerja. Pada usianya yang mencapai 77 tahun ini, Ciputra masih rajin dan sibuk bekerja. Jadwal tugas hariannya sangat padat, seakan usia pun tidak mampu mengurangi semangat kerja pria ini.
Bukan hanya mengepakkan sayap bisnis di sejumlah negara di Benua Asia, Amerika, dan Afrika, tetapi pria kelahiran Parigi, Sulawesi Selatan, 24 Agustus 1931, ini pun tetap aktif memberikan ceramah dalam berbagai seminar di beberapa perguruan tinggi. Tema pembicaraannya memang hampir seragam, yakni tentang semangat entrepreneurship atau kewirausahaan.
Mengembangkan semangat entrepreneurship pada semua lapisan masyarakat memang sedang menjadi ambisi dan cita-cita besar Ciputra belakangan ini.
”Bangsa ini (Indonesia) sulit maju karena minimnya semangat entrepreneurship,” kata Ciputra, pendiri Taman Impian Jaya Ancol ini.
Dia kemudian memberi contoh, pada tahun 2007 terdapat lebih dari 740.200 orang lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Kondisi ini disebabkan lulusan perguruan tinggi umumnya hanya berorientasi mencari pekerjaan, bukan menciptakan pekerjaan.
Di sisi lain, kekayaan alam Indonesia yang sangat berlimpah tidak dikelola secara optimal. Ini juga karena minimnya semangat entrepreneurship.
Mengutip majalah The Economist, Indonesia merupakan penghasil gas alam kedelapan terbesar di dunia, penghasil batu bara dan emas ketujuh terbesar di dunia, serta penghasil tembaga dan nikel nomor lima dunia. Bahkan, Indonesia juga penghasil karet nomor dua dan minyak sawit nomor satu di dunia.
”Namun, kekayaan alam yang melimpah ini sampai sekarang masih kurang bisa menyejahterakan rakyat karena minimnya kemampuan entrepreneurship,” kata Ciputra dalam ceramah saat dia menerima gelar Perekayasa Utama Kehormatan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Rabu (20/8).
Ciputra merupakan penerima penghargaan gelar Perekayasa Utama kehormatan kedua dari BPPT. Tahun 2007, penghargaan serupa diberikan instansi tersebut kepada mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Prof Dr Emil Salim.
Sejak taman kanak-kanak
Ciputra tidak hanya berkeluh-kesah soal minimnya semangat entrepreneurship. Dia juga memberi contoh sekaligus solusi dengan mendirikan 12 sekolah dan tiga perguruan tinggi, seperti Sekolah Ciputra, Sekolah Citra Kasih, Sekolah Citra Berbakat, Sekolah Global Jaya, Sekolah Pembangunan Jaya, serta sejumlah sekolah lainnya di beberapa kota.
Di sekolah-sekolah ini diajarkan tentang entrepreneurship sejak siswa belajar pada tingkat awal, bahkan sejak di taman kanak-kanak. Tentu pengajaran entrepreneurship ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan usia para siswa.
Ketika siswa duduk di kelas dua sekolah dasar misalnya, mereka diajak ke kawasan pertokoan. Lalu, siswa diberi tugas untuk mencatat semua jenis usaha yang ada serta jenis usaha yang belum tersedia. Mereka kemudian diminta mengajukan usulan, jenis usaha apa lagi yang layak dibuka di kawasan pertokoan tersebut.
Usulan yang muncul dari siswa-siswa itu kemudian didiskusikan dengan teman-teman lain dalam kelas. Dengan demikian, para siswa pun sekaligus dapat belajar bagaimana mengambil keputusan bersama.
”Dalam kegiatan ini, para siswa dilatih mencari peluang usaha, tahapan penting dalam entrepreneurship,” kata Antonius Tanan, Direktur Grup Ciputra, menambahkan.
Ciputra berambisi betul untuk menciptakan entrepreneur, karena berkeyakinan kelompok kreatif inilah yang bisa membawa bangsa ini menuju kemajuan. Suatu bangsa akan maju jika jumlah entrepreneur-nya paling sedikit 2 persen dari jumlah penduduk.
Singapura, misalnya, jumlah entrepreneur-nya sekitar 7,2 persen dan Amerika Serikat 2,14 persen, sedangkan Indonesia yang berpenduduk 220 juta jiwa hanya memiliki sekitar 400.000 pelaku usaha mandiri atau sekitar 0,18 persen entrepreneur dari jumlah penduduknya.
Ciputra berkeyakinan, Indonesia akan maju jika sedikitnya mempunyai empat juta orang entrepreneur.
Mengubah rongsokan
Bagi Ciputra, entrepreneurship adalah kemampuan seseorang ”mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas”. Dia membuktikan sendiri keyakinannya tersebut.
Ketika membuka Taman Impian Jaya Ancol pada tahun 1967, misalnya, saat itu kawasan Ancol merupakan daerah rawa yang kotor dan telantar. Berkat kreativitas dan keuletannya, Ancol sekarang termasuk kawasan wisata lima besar dunia dengan pengunjung lebih dari 13 juta orang per tahun.
Begitu pun ketika membangun kawasan perumahan lainnya di sejumlah negara, Ciputra lebih suka memanfaatkan kawasan telantar, lalu mengubahnya menjadi kawasan elite dan prestisius. Di Vietnam misalnya, pemerintah setempat terkejut ketika Ciputra dapat mengubah kawasan telantar menjadi kawasan perumahan elite kelas dunia seluas 301 hektar yang diberinya nama Ciputra Hanoi International City.
Langkah serupa juga dilakukan Ciputra di India, Kamboja, China, Polandia, Amerika Serikat, dan sekarang dia sedang merintis pembangunan kawasan perumahan di Negeria seluas 1.000 hektar.
”Saya ingin memberi contoh kepada generasi yang lebih muda. Nigeria yang dianggap negara dengan penegakan hukum yang lemah, justru menjadi tantangan buat seorang entrepreneur,” ujar Ciputra, anak pedagang kelontong di sebuah desa terpencil di Gorontalo itu.
Dengan semangat itu pula, dia sekarang bisa memimpin sejumlah perusahaan dengan jumlah karyawan lebih dari 14.000 orang. ”Kalau kita bisa membangun perumahan di Indonesia, itu berarti kita juga pasti bisa membangun perumahan di negara lain,” ujar Ciputra penuh keyakinan.
Itulah keyakinan seorang entrepreneur.
KOMPAS/LASTI KURNIA
TRY HARIJONO dan ABUN SANDA
Selasa, 05 Agustus 2008
Ciputra
Ciputra menjadi pengembang properti PT Ciputra Development tahun 1981. Sebelum merintis bisnis sendiri, Ciputra bekerja di beebrapa perusahaan properti termasuk Jaya Group, milik pemerintah DKI. Ciputra lahir bulan Agustus 1931. Alumni arsitektur ITB. Kekayaannya mencapai $600 milyar. Perusahaannya telah go public. Revenue perusahaan tahun 2007 mencapai Rp 1.384 juta. Net profit mencapai Rp. 325 juta. Memiliki cadangan lahan tanah hingga 2.000 hektar. Memiliki aset mall, apartemen, perumahan, lapangan golf. Ekspansi ke luar negri dengan Ciputra Hanoi International City di Vietnam dan Kolkata West International City di India.